Monday, May 20, 2013

Balada Cinta Rara dan Ustadz Hasan


           
Layung senja telah muncul di ufuk barat pertanda mentari akan beranjak ke bagian bumi yang lain, saat seorang gadis bernama Alifa Khumaira Faizaliyani menikmati segarnya tetes- tetes air. Namanya panjang tetapi cukup dipanggil Rara.
“Rara, cepat mandinya !”,” hampir magrib nih”, terdengar suara ibu.
“ iya Ibu sayang ini Rara sudah selesai mandinya “, jawab Rara.
Bergegas Rara masuk kamar untuk berganti pakaian siap- siap berangkat ke pondok pesantren kampung sebelah tempat Rara mengaji. Mambaul Chikmah itu namanya, sudah sebulan Rara dan teman- temannya menimba ilmu agama disana.  Jaman sekarang remaja seperti Rara memang harus dibekali pendidikan agama yang memang menjadi salah satu cara untuk menangkal pengaruh perkembangan teknologi dan pengaruh buruk dari lingkungan. Bila anak sudah merasa takut dosa insyaalloh anak akan terhindar dari pergaulan bebas yang banyak dilakukan oleh kebanyakan remaja. Hal itulah yang menjadikan alasan ibunya Rara memasukkan Rara ke pondok pesantren meskipun hanya sebagian waktu yaitu habis magrib sampai jam 8 malam, karena siangnya Rara sekolah seperti biasa di sebuah SMA Negeri di sebuah kota dingin Wonosobo. Tentang pendidikan Rara sebenarnya ibunya sudah memulai mendidiknya di rumah. Mulai dari berwudhu hingga sholat 5 waktu sudah terbiasa dilakukan di rumah ini, karena Rumah adalah sekolah pertama bagi Rara, di rumah ini Rara dibiasakan hal- hal yang baik seperti mencuci tangan sebelum makan, berdoa sebelum aktivitas, membantu orang tua dan berbagi pada sesama. Namun pendidikan yang lebih harus dicari Rara dari sekolahnya dan pendalaman ilmu agama didapat Rara dari pondok pesantren Mambaul Chikmah tersebut.
***
Setelah sholat magrib berjamaah Rara dan kawan- kawannya memasuki ruang mengaji untuk santri putri namun pengajarnya para ustadz karena pondok ini masih baru sehingga kekurangan tenaga pengajar wanita. “Subhanalloh,  ganteng banget, siapa dia?”,  Puji Rara dalam hati. Astaghfirulloh hal adzim, Rara segera beristighfar dan menundukkan pandangan. Teryata Pria tampan itu seorang ustadz baru di pondok pesantren ini.
Namanya Ustadz Hasan, perawakannya tinggi, kulitnya kuning langsat dan senyumnya wow,  menawan ditambah dengan suaranya yang merdu ketika melantunkan ayat- ayat suci al qur’an. Rara senyum sendiri saat mengingat kejadian itu, ketika habis berwudhu Rara terpeleset dan menabrak ustadz Hasan sampai sandal jepitnya putus.
“Ih jadi malu rasanya”, Batin Rara.
Mengapa hati Rara berbunga- bunga mengingat ustadz Hasan?
 Apakah Alifa Khumaira Faizaliyani gadis cantik idola di sekolahnya malah jatuh cinta pada Guru ngajinya?
Mengapa tidak?
Cinta bisa datang pada siapa saja kan?
Cinta adalah Anugrah dari Alloh yang patut disyukuri, yang penting bagaimana mengendalikan perasaan cinta itu agar tetap dalam keridhoan Alloh.
Hari- hari berlalu, Rara sangat senang bila ngajinya diajari oleh ustadz Hasan yang memang diam- diam mencuri hati Rara. Perasaan ini membuat Rara kian semangat mengaji dan berusaha menjadi santri yang terbaik. Pagi ingin cepat malam agar dapat melihat si ustadz ganteng itu yang ternyata menjadi idola para santriwati di pondok pesantren ini.
****
Bulan Ramadhan pun tiba dan menjadi hari- hari yang paling indah bagi Rara, karena  dibulan ramadhan kegiatan di pesantren makin banyak. Habis subuh ada siraman rohani, malam ada acara tarawih dan tadarus alqur’an sehingga kegiatan di pesantrenpun menjadi lebih lama. Bagaimanapun Rara berusaha menyembunyikan perasaannya namun teman- temannya tahu kalau Rara naksir sama ustadz Hasan, sehingga mereka suka mengerjain Rara. Gelis misalnya pernah membohongi Rara mengatakan bahwa ustadz Hasan titip salam buat Rara dan bilang ke ustad Hasan ada salam dari Rara.sehingga hati merekapun terpaut. Suatu saat Rara sengaja ditinggal pulang teman- temannya karena dapat giliran ngaji terakhir. Sudah jam 10 malam, Rara takut pulang sendiri sehingga ustadz Hasan mengantarkan Rara pulang tentu juga ditemani ustadz yang lain agar tidak menimbulkan fitnah, Jalannya pun agak berjauhan.
Ketika lebaran hampir tiba datanglah sebuah kartu lebaran bergambar bunga untuk Rara yang dititipkan pada Gelis sahabat Rara.
Serasa melayang tubuh Rara ketika menerima sebuah kartu yang berbau harum itu.
“Assalamu’alaikum”
Minal Aidzin Wal faidzin Rara,
mohon maaf atas kesalahanku, mohon maaf atas rasaku yang ternyata berlabuh dihatimu.
Rara bolehkah aku menjadikanmu Bidadari yang menghuni hatiku?
Bolehkah aku berharap kelak Engkau yang melengkapi separuh agamaku?
“Wassalamualaikum,”
Hasan
 Serasa tak percaya Rara membaca tulisan itu dan hatinyapun sangat bahagia. Dipeluknya kartu lebaran itu sambil merebahkan badannya di kasur. Pokoknya Rara bahagia banget dan segera Rara mengambil kartu lebaran yang memang sudah Rara siapkan untuk teman- temannya yang jauh. Rara memilih salah satu kartu bergambar gadis berjilbab yang tersenyum manis. Rara mulai menulis :
“Assalamu’alaikum wrwb, “
Telah kuterima kartu lebaran darimu dan kuucap terima kasih atas Rasa yang kau titipkan dihatiku. Alloh menitipkan rasa bukan hanya pada sebelah hati karena sesungguhnya kau telah lama bersemayam dalam relung hatiku.
Maaf lahir batin juga, dan lebaran ini akan menjadi lebaran terindah.
“Wassalamualaikum”
Rara
****
Pacaran?
Apakah Alifa Khumaira Faizaliyani pacaran sama ustadz Khoirul Hasan Mahfudz?
Rara dan Hasan sama- sama menyatakan hati mereka, tapi kan tidak boleh pacaran apalagi sama guru ngaji. Tapi kata teman- temannya itu namanya pacaran.
“Oh ternyata aku sudah punya pacar”, Dialah cinta pertamaku Ustadz Hasan”. Tulis Rara di buku hariannya.
Hingga di suatu malam minggu Hasan pun datang bersilaturahim kerumah Rara. Sejak saat itu setiap malam minggu Hasan Apel ke rumah Rara namun mereka hanya bercerita- cerita, berdiskusi tentang materi keagamaan, mendengarkan lagu dari tape atau malah bercanda dengan Alfan adik Rara yang berusia 5 tahun. Seperti itulah cara Rara dan Hasan berpacaran. Ayah dan ibu Rara sangat menyukai Hasan dan berharap kelak Hasan yang akan menjaga putri kesayangannya Alifa Khumaira Faizaliyani. Hal yang paling indah bagi Rara adalah rutinitas mereka sebelum Hasan pulang yaitu bertukar surat yang berisi puisi dan kata- kata indah cinta. Begitulah pacaran yang dijalani Rara dan ustadz Hasan dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan hingga dua tahun berlalu. Mula- mula terasa sangat indah membaca kata demi kata dalam surat- surat wangi yang datang dari mas Hasan setiap malam minggu. Membosankan ya?, bagi Remaja seusia Rara sudah wajar jika memiliki pacar, namun hanya Rara yang memiliki gaya pacaran yang bisa dibilang jadul kebanyakan mereka nonton dengan pacarnya, bergandengan tangan dengan pacarnya dan kadang berkencan ke tempat- tempat wisata dan lain sebagainya.
****
“Kapan kita Nikah Dek Rara? “, tanya Hasan.
Rara kaget dengan pertanyaan Hasan yang tak diduga sebelumnya
” Aku masih mau kuliah mas “, jawab Rara.
“Dik Rara, Mas siap menunggumu hingga usai kuliah”.
“ Ditunggu?” tidak mas, sebaiknya kita akhiri dulu hubungan kita,
 “Aku tak mau kuliahku nanti terganggu dengan rasa- rasa rindu kita,”
“Aku ingin berkonsentrasi kuliah demi cita- citaku menjadi seorang Guru.”kata Rara. “Percayalah mas, bila kita berjodoh kelak akan dipersatukan kembali.”
Akhirnya Hasan pun merelakan keputusan Rara dan sejak saat itu Rara dan Hasan putus. Ternyata semua itu hanyalah alasan Rara saja karena sesungguhnya hati Rara sudah terpaut pada teman sekelas di sekolahnya.
****
4 tahun berlalu tanpa cerita Hasan dan Rara, hingga datanglah seoarng utusan dari ustadz Hasan kerumah Rara ketika libur kuliah tiba. Ya, setelah lulus SMA Rara kuliah di semarang sehingga harus berhenti mengaji. Orang itu menyakan, “Apakah masih ada cinta Rara untuk Hasan?” “Apa masih ada Harapan?”. Rara menjawab tegas, tak ada. Cintaku pada Mas Hasan sudah berlalu dari 4 tahun lalu. Dua hari kemudian Hasanpun menikah dengan salah seorang santri dari pondok pesantren tempat Rara dulu mengaji. Sedangkan Rara telah berkali- kali patah hati karena berkali dihianati oleh pacarnya, namun anehnya cinta Rara pada Hasan memang telah hilang entah kemana, mungkin karena mereka tak pernah bertemu lagi. Walaupun sering berganti pacar, Rara masih bisa menjaga pergaulannya karena Rara tahu mana yang Dosa mana yang tidak. Tapi sebenarnya Rara capek berkali- kali disakiti hatinya oleh pria.Mungkin semua itu akibat Rara telah menyakiti perasaan seorang Guru ngaji. Rara telah menghianati cinta pertamanya sendiri dan menyia- nyiakan ketulusan cinta ustadz Hasan.
***
“Ibu, ayo kita berangkat  mengaji”, “nanti terlambat bu”, “katanya hari ini ibu mau antar ilham”, tanya Ilham seorang anak kecil usia 5 tahun.” Iya sayang, ibu kan sudah janji hari ini akan antar ilham ngaji”, kata Rara. Sampai di TPA Ilham sudah ditunggu oleh para pengajarnya. Pandangan  Rara tertuju pada seseorang dengan pakaian putih dan kopyah putih, seseorang yang pernah ada dihati Rara.
“Ustadz Hasan”, “Seandainya aku dulu tak menghianatinya pasti sekarang ini?”, “ah tidak,” waktu telah berlalu puluhan tahun namun cinta pertama di hati Rara tak dapat terlupakan dan menjadi kenangan terindah di hati Rara dan Ustadz Hasan.

No comments:

Post a Comment