“Rara, cepat mandinya !”,”
hampir magrib nih”, terdengar suara ibu.
“ iya Ibu sayang ini Rara
sudah selesai mandinya “, jawab Rara.
Bergegas Rara masuk
kamar untuk berganti pakaian siap- siap berangkat ke pondok pesantren kampung
sebelah tempat Rara mengaji. Mambaul Chikmah itu namanya, sudah sebulan Rara
dan teman- temannya menimba ilmu agama disana.
Jaman sekarang remaja seperti Rara memang harus dibekali pendidikan
agama yang memang menjadi salah satu cara untuk menangkal pengaruh perkembangan
teknologi dan pengaruh buruk dari lingkungan. Bila anak sudah merasa takut dosa
insyaalloh anak akan terhindar dari pergaulan bebas yang banyak dilakukan oleh
kebanyakan remaja. Hal itulah yang menjadikan alasan ibunya Rara memasukkan Rara
ke pondok pesantren meskipun hanya sebagian waktu yaitu habis magrib sampai jam
8 malam, karena siangnya Rara sekolah seperti biasa di sebuah SMA Negeri di
sebuah kota dingin Wonosobo. Tentang pendidikan Rara sebenarnya ibunya sudah memulai
mendidiknya di rumah. Mulai dari berwudhu hingga sholat 5 waktu sudah terbiasa
dilakukan di rumah ini, karena Rumah adalah sekolah pertama bagi Rara, di rumah
ini Rara dibiasakan hal- hal yang baik seperti mencuci tangan sebelum makan,
berdoa sebelum aktivitas, membantu orang tua dan berbagi pada sesama. Namun
pendidikan yang lebih harus dicari Rara dari sekolahnya dan pendalaman ilmu
agama didapat Rara dari pondok pesantren Mambaul Chikmah tersebut.
***
Setelah sholat magrib
berjamaah Rara dan kawan- kawannya memasuki ruang mengaji untuk santri putri
namun pengajarnya para ustadz karena pondok ini masih baru sehingga kekurangan
tenaga pengajar wanita. “Subhanalloh,
ganteng banget, siapa dia?”, Puji
Rara dalam hati. Astaghfirulloh hal adzim, Rara segera beristighfar dan
menundukkan pandangan. Teryata Pria tampan itu seorang ustadz baru di pondok
pesantren ini.
Namanya Ustadz Hasan, perawakannya
tinggi, kulitnya kuning langsat dan senyumnya wow, menawan ditambah dengan suaranya yang merdu
ketika melantunkan ayat- ayat suci al qur’an. Rara senyum sendiri saat
mengingat kejadian itu, ketika habis berwudhu Rara terpeleset dan menabrak
ustadz Hasan sampai sandal jepitnya putus.
“Ih jadi malu rasanya”,
Batin Rara.
Mengapa hati Rara
berbunga- bunga mengingat ustadz Hasan?
Apakah Alifa Khumaira Faizaliyani gadis cantik
idola di sekolahnya malah jatuh cinta pada Guru ngajinya?
Mengapa tidak?
Cinta bisa datang pada
siapa saja kan?
Cinta adalah Anugrah
dari Alloh yang patut disyukuri, yang penting bagaimana mengendalikan perasaan
cinta itu agar tetap dalam keridhoan Alloh.
Hari- hari berlalu, Rara
sangat senang bila ngajinya diajari oleh ustadz Hasan yang memang diam- diam
mencuri hati Rara. Perasaan ini membuat Rara kian semangat mengaji dan berusaha
menjadi santri yang terbaik. Pagi ingin cepat malam agar dapat melihat si
ustadz ganteng itu yang ternyata menjadi idola para santriwati di pondok
pesantren ini.
****
Bulan Ramadhan pun tiba
dan menjadi hari- hari yang paling indah bagi Rara, karena dibulan ramadhan kegiatan di pesantren makin
banyak. Habis subuh ada siraman rohani, malam ada acara tarawih dan tadarus
alqur’an sehingga kegiatan di pesantrenpun menjadi lebih lama. Bagaimanapun Rara
berusaha menyembunyikan perasaannya namun teman- temannya tahu kalau Rara
naksir sama ustadz Hasan, sehingga mereka suka mengerjain Rara. Gelis misalnya
pernah membohongi Rara mengatakan bahwa ustadz Hasan titip salam buat Rara dan
bilang ke ustad Hasan ada salam dari Rara.sehingga hati merekapun terpaut. Suatu
saat Rara sengaja ditinggal pulang teman- temannya karena dapat giliran ngaji
terakhir. Sudah jam 10 malam, Rara takut pulang sendiri sehingga ustadz Hasan
mengantarkan Rara pulang tentu juga ditemani ustadz yang lain agar tidak
menimbulkan fitnah, Jalannya pun agak berjauhan.
Ketika lebaran hampir
tiba datanglah sebuah kartu lebaran bergambar bunga untuk Rara yang dititipkan
pada Gelis sahabat Rara.
Serasa melayang tubuh Rara
ketika menerima sebuah kartu yang berbau harum itu.
“Assalamu’alaikum”
Minal Aidzin Wal
faidzin Rara,
mohon maaf atas
kesalahanku, mohon maaf atas rasaku yang ternyata berlabuh dihatimu.
Rara bolehkah aku
menjadikanmu Bidadari yang menghuni hatiku?
Bolehkah aku berharap
kelak Engkau yang melengkapi separuh agamaku?
“Wassalamualaikum,”
Hasan
Serasa tak percaya Rara membaca tulisan itu
dan hatinyapun sangat bahagia. Dipeluknya kartu lebaran itu sambil merebahkan
badannya di kasur. Pokoknya Rara bahagia banget dan segera Rara mengambil kartu
lebaran yang memang sudah Rara siapkan untuk teman- temannya yang jauh. Rara
memilih salah satu kartu bergambar gadis berjilbab yang tersenyum manis. Rara
mulai menulis :
“Assalamu’alaikum wrwb,
“
Telah kuterima kartu
lebaran darimu dan kuucap terima kasih atas Rasa yang kau titipkan dihatiku.
Alloh menitipkan rasa bukan hanya pada sebelah hati karena sesungguhnya kau telah
lama bersemayam dalam relung hatiku.
Maaf lahir batin juga,
dan lebaran ini akan menjadi lebaran terindah.
“Wassalamualaikum”
Rara
****
Pacaran?
Apakah Alifa Khumaira
Faizaliyani pacaran sama ustadz Khoirul Hasan Mahfudz?
Rara dan Hasan sama-
sama menyatakan hati mereka, tapi kan tidak boleh pacaran apalagi sama guru
ngaji. Tapi kata teman- temannya itu namanya pacaran.
“Oh ternyata aku sudah
punya pacar”, Dialah cinta pertamaku Ustadz Hasan”. Tulis Rara di buku
hariannya.
Hingga di suatu malam
minggu Hasan pun datang bersilaturahim kerumah Rara. Sejak saat itu setiap
malam minggu Hasan Apel ke rumah Rara namun mereka hanya bercerita- cerita,
berdiskusi tentang materi keagamaan, mendengarkan lagu dari tape atau malah
bercanda dengan Alfan adik Rara yang berusia 5 tahun. Seperti itulah cara Rara
dan Hasan berpacaran. Ayah dan ibu Rara sangat menyukai Hasan dan berharap
kelak Hasan yang akan menjaga putri kesayangannya Alifa Khumaira Faizaliyani. Hal
yang paling indah bagi Rara adalah rutinitas mereka sebelum Hasan pulang yaitu
bertukar surat yang berisi puisi dan kata- kata indah cinta. Begitulah pacaran
yang dijalani Rara dan ustadz Hasan dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan
ke bulan hingga dua tahun berlalu. Mula- mula terasa sangat indah membaca kata
demi kata dalam surat- surat wangi yang datang dari mas Hasan setiap malam
minggu. Membosankan ya?, bagi Remaja seusia Rara sudah wajar jika memiliki
pacar, namun hanya Rara yang memiliki gaya pacaran yang bisa dibilang jadul
kebanyakan mereka nonton dengan pacarnya, bergandengan tangan dengan pacarnya
dan kadang berkencan ke tempat- tempat wisata dan lain sebagainya.
****
“Kapan kita Nikah Dek
Rara? “, tanya Hasan.
Rara kaget dengan
pertanyaan Hasan yang tak diduga sebelumnya
” Aku masih mau kuliah mas
“, jawab Rara.
“Dik Rara, Mas siap
menunggumu hingga usai kuliah”.
“ Ditunggu?” tidak mas,
sebaiknya kita akhiri dulu hubungan kita,
“Aku tak mau kuliahku nanti terganggu dengan
rasa- rasa rindu kita,”
“Aku ingin
berkonsentrasi kuliah demi cita- citaku menjadi seorang Guru.”kata Rara.
“Percayalah mas, bila kita berjodoh kelak akan dipersatukan kembali.”
Akhirnya Hasan pun
merelakan keputusan Rara dan sejak saat itu Rara dan Hasan putus. Ternyata
semua itu hanyalah alasan Rara saja karena sesungguhnya hati Rara sudah terpaut
pada teman sekelas di sekolahnya.
****
4 tahun berlalu tanpa
cerita Hasan dan Rara, hingga datanglah seoarng utusan dari ustadz Hasan
kerumah Rara ketika libur kuliah tiba. Ya, setelah lulus SMA Rara kuliah di
semarang sehingga harus berhenti mengaji. Orang itu menyakan, “Apakah masih ada
cinta Rara untuk Hasan?” “Apa masih ada Harapan?”. Rara menjawab tegas, tak ada.
Cintaku pada Mas Hasan sudah berlalu dari 4 tahun lalu. Dua hari kemudian Hasanpun
menikah dengan salah seorang santri dari pondok pesantren tempat Rara dulu
mengaji. Sedangkan Rara telah berkali- kali patah hati karena berkali dihianati
oleh pacarnya, namun anehnya cinta Rara pada Hasan memang telah hilang entah
kemana, mungkin karena mereka tak pernah bertemu lagi. Walaupun sering berganti
pacar, Rara masih bisa menjaga pergaulannya karena Rara tahu mana yang Dosa
mana yang tidak. Tapi sebenarnya Rara capek berkali- kali disakiti hatinya oleh
pria.Mungkin semua itu akibat Rara telah menyakiti perasaan seorang Guru ngaji.
Rara telah menghianati cinta pertamanya sendiri dan menyia- nyiakan ketulusan
cinta ustadz Hasan.
***
“Ibu, ayo kita
berangkat mengaji”, “nanti terlambat bu”, “katanya hari ini ibu mau
antar ilham”, tanya Ilham seorang anak kecil usia 5 tahun.” Iya sayang, ibu kan
sudah janji hari ini akan antar ilham ngaji”, kata Rara. Sampai di TPA Ilham
sudah ditunggu oleh para pengajarnya. Pandangan Rara tertuju pada seseorang dengan pakaian
putih dan kopyah putih, seseorang yang pernah ada dihati Rara.
“Ustadz Hasan”, “Seandainya
aku dulu tak menghianatinya pasti sekarang ini?”, “ah tidak,” waktu telah berlalu
puluhan tahun namun cinta pertama di hati Rara tak dapat terlupakan dan menjadi
kenangan terindah di hati Rara dan Ustadz Hasan.
No comments:
Post a Comment